Beberapa waktu yang kemudian terjadi kecelakaan selesai hidup terjadi di daerah Tanjakan Emen, Jalan Raya Bandung- Subang, Kampung Cicenang, Ciater Subang, Jawa Barat, Sabtu (10/2/2018) pukul 17.00 WIB.
Kecelakaan yang melibatkan sebuah bus pariwisata itu menelan korban hingga tewas hingga 27 orang.
Sebanyak 26 di antaranya merupakan anggota PKK Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, sementara satu orang diduga pengendara motor asal Karawang.
Melansir dari Kompas.com, Kapolres Subang AKBP M Joni mengatakan, bus tersebut mempunyai nomor polisi F 7959 AA.
Para penumpang yaitu rombongan wisatawan dari Tangerang Selatan.
Para wisatawan ini gres saja meninggalkan wisata kawah Gunung Tangkuban Parahu di Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, untuk kembali pulang ke Tangerang Selatan via Tol Cikopo-Palimanan yang dapat diakses dari Gerbang Tol Subang Kota.
Setelah keluar dari gerbang Tangkuban Parahu, bus harus melewati turunan panjang sekitar kurang lebih 2 kilometer.
Saat melewati turunan panjang yang curam dan berkelok-kelok di tengah kebun teh dan hutan pinus itulah, bus mengalami kecelakaan tragis.
"Saat melintas turunan panjang dan berkelok, bus tidak terkendali alasannya yaitu diduga rem blong dan menabrak sepeda motor dengan nomor polisi T 4382 MM. Bus kemudian menabrak tebing sebelah kiri jalan dan terguling di pundak jalan," ujar Joni.
Dalam hal ini Direktur Lalu Lintas Polda Jawa Barat, Komisaris Besar Pol Prahoro Tri Wahyono menyampaikan penyebab kecelakaan yaitu hambatan rem.
Ia menyampaikan sang sopir memang pun mengakui.
"Sementara dari hasil olah TKP selama tiga jam di lokasi masih melaksanakan pendalaman. Dari hasil keterangan sang sopir memang ada hambatan remnya. Blong. Kita juga memastikan awal tragedi hingga paska kendaraan beroda empat terbalik," ujar Komisaris Besar Pol Prahoro Tri Wahyono kepada media.
Ia melanjutkan, sang sopir berjulukan Amirudin ketika ini sudah dilakukan pemeriksaan. Dari hasil investigasi tersebut, sang sopir mengaku sudah memberikan ke pihak administrasi PO (Perusahaan Otobus) bahwa ada problem di potongan rem.
"Sopir sudah memberikan pada ketika di Lembang dan mau turun bahwa ada problem di bus-nya," ujarnya.
Sang sopir pun sempat berhenti di sebuah rumah makan untuk mengecek kendaraan. Lebih lanjut, melalui mekanik di administrasi sang sopir yang tidak mempunyai keahlian di bidang mesin, hanya disarankan untuk mengakali problem tersebut.
"Sang sopir sudah memberikan minta ganti kendaraan beroda empat alasannya yaitu merasa sudah ada problem di rem bus tersebut. Tapi tak direspons oleh manajemen. Terus mekaniknya memberikan itu dapat diakali.
Ternyata ada kebocoran di selangnya," katanya.
Atas pengukuhan itu, pihak kepolisian akan memanggil pihak administrasi untuk dimintai keterangan.
Ia pun enggan berspekulasi apakah unsur pembiaran atau kelalaian dari pihak manajemen.
Saat ini, status sang sopir pun sudah ditetapkan tersangka.
"Ya nanti kami periksa semuanya siapa saja kemungkinan jadi tersangka. Sopir sudah dimintai keterangan dan statusnya tersangka. Kami mendalami lagi semua pihak, termasuk administrasi dan pihak lainnya yang terlibat," ucapnya.
Lebih lanjut, masih pengukuhan sang sopir bahwa kendaraan dari berangkat hingga ke Lembang tidak ada masalah.
Namun, ketika hendak pulang ia pun mengeluhkan kondisi bus karena kondisi jalan yang ditempuh yaitu turunan.
"Tidak problem pas berangkat. Masalahnya ada di Lembang mau balik. Kondisinya dari titik keberangkatan ke lokasi tragedi itu turunan sepanjang dua kilometer," ujarnya.