Setelah surat terbuka dari dokter dan guru di Papua, Zaadit Taqwa kembali sanggup surat serupa dari mahasiswa di Jepang. Bahasanya halus tapi isinya menohok!
Ya, Zaadit Taqwa, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas indonesia (BEM UI) sedang menjadi perbincangan hangat publik.
Baik di dunia konkret ataupun di media sosial.
Nama Zaadit sendiri pertama kali mencuat sesudah dirinya meniup peluit sembari memperlihatkan kartu kuning layaknya wasit sepakbola pada Presiden Joko Widodo.
Peristiwa itu terjadi ketika keduanya menghadiri Diesnatalis kampus UI, Jumat (2/2/2018) kemarin.
Aksi tak biasa Zaadit berhasil terekam kamera dan beredar luas di media sosial.
Sebelumnya, agresi Zaadit ini menarik perhatian seorang dokter dan guru yang bertugas di wilayah Asmat, dr Yafer Yanri Sirumpang dan Sigit Arifian.
Keduanya pun menawarkan surat terbuka padanya.
Kini, giliran mantan mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) berjulukan Endro Rianto yang mengeluarkan pendapatnya.
Melalui akun Facebook @EndroKakachui, mahasiswa lulusan Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan ini ingin mengomentari keputusan Zaadit yang menawarkan 'kartu kuning' pada Jokowi.
Berikut ini isi surat terbuka Endro untuk Zaadit.
Kalimat-kalimatnya sih bernada halus, tapi perhatikan substansinya ....
"Kartu kuning untuk Jokowi
President BEM UI menyampaikan bahwa belum pernah ke suku asmat, tetapi dengan melihat info yang ada di media kita sanggup tahu segimana penderitaan masyarakat Papua.
duh dek, media mana yang adek baca? sudah diklarifikasi kebenarannya belum?
baiklah mari kita bantu untuk cari solusi jikalau memang tujuannya yakni membantu suku asmat.
1. penjelasan apakah info itu benar atau tidak? kalau adek belum sanggup ke sana, adek kan presiden BEM.
setahu saya presiden seluruh BEM indonesia niscaya ada forumnya, jadi cara klarifikasinya adek kontek aja presiden BEM paling bersahabat dengan suku asmat, Presiden BEM universitas Cendrawasih Contohnya.
atau justru ada dari mahasiswa di universitas Cendrawasih itu bersahabat dari suku asmat malah sangat membantu. pokoknya cari sumbernya yang terpercaya. Tabayun.
2. Jika benar adanya rakyat suku asmat masih menderita, trus apa yang sanggup kita lakukan sebagai seorang mahasiswa.
OK pertama berorasi semoga pemerintah cepat menuntaskan masalah, apakah ada solusi yang ditawarkan?
nah kalau belum, diskusikan sebelum berorasi, jadi memberi kritikan dengan solusi.
misalnya : alasannya di sana belum banyak puskesmas jadi tingkat kesehatan rendah, kami meminta bantu pemerintah untuk mengembangkan puskesmas atau menambah armada kesehatan ke sana alasannya jumlah tenaga dengan jumlah penduduk yang sakit tidak seimbang, - tentu bawa data bukan hanya omogngan.... dan solusi-solusi lainnya.
3. kalau sudah orasi dan punya solusi tapi tidak digubris pemerintah, kan BEM punya ikatan seluruh mahasiswa yang seindonesia tadi, buat acara bhakti di sana, kumpulin dan musywarahkan dengan BEM seluruh Indonesia. tapi kan uangnya gk ada, trus waktunya juga untuk kuliah?
baiklah saya tahun 2013 mengikuti acara pramuka akademi tinggi se-Indonesia, kita hidup bareng bahkan mandi di sungai bersama masyarakat dan itu biaya nya sanggup dari DIKTI waktu itu.
masak jaman now gak ada biaya untuk acara sekelas BEM dari Dikti. kalau memang tidak ada mungkin alasannya kegiatannya justru kurang menarik.
kalau persoalan waktu, meninggalkan kuliah seminggu katakanlah pas libur semester bukannya lebih abdol, trus caranya bagaimana panitianya bagaiamana ngaturnya? itu lah kawasan kita belajar.
4. Adek dan Pak Jokowi kan sama-sama seorang presiden.
Pertanyaannya seberapa banyak yang sudah adek sumbangkan ke Indonesia dibanding Pak Jokowi?
saya bukan berarti membela pemerintah, tapi kalau melihat adek memberi kritik tanpa ada solusi,
apalagi tak mengerti kondisi di sana itu justru merepotkan diri.
Bagusan mana mengkritik tanpa henti atau memberi solusi tanpa henti.
tentunya sambil memberdoa buat kemajuan negeri.
Kaprikornus pencetus itu perlu, tapi jadi mahasiswa solutif itu lebih bermutu.
salam Mahasiwa, dari mantan mahasiswa.
Jepang, 8 Feb 2018,"
Sayangnya, kini postingan tersebut sudah tidak ada di wall Endro Kakachui.
Kendati demikian, unggahan itu sempat viral dan jadi perbincangan warganet.